BERSULANG DENGAN PUING DINDING KAMAR
Pernahkah kau benturkan gelas kopimu?
Bersulang dengan
reruntuhan dinding kamarmu sendiri
Diaduk oleh
kebingungan dan kebisingan
Pahit bercampur
debu yang berterbangan
Seperti sorak
sorai kekalahan
Padahal tak kalah
Menang juga entah
Berselisih hanya
menyisakan
Tak pernah
sekalipun mendapatkan
Kubuat secangkir
lagi
Kali ini kuaduk
dengan harapan
Seingatku,
Benturan suara
sendok dan gelas tidak senyaring sirine
Yang lalu lalang
dalam kesedihan yang klise
Ah, malam ini
gelap
Kunyalakan saklar
lampu
Yang tersisa dari
puing kamarku
Meski kini langit
menjadi atap yang baru
Ku sulang
rembulan
Kucatat rudal
yang berjatuhan
Atas puisi yang
terlahir tanpa rasa aman
Di antara reruntuhan
Aku harus segera
tidur
Sebab esok pagi
Aku harus menjual
puisi
Atau mungkin, kujual
kesedihan?
Mungkin lebih
banyak disukai manusia
Sebab manusia
lebih menyukai kesedihan manusia lain
Sudahlah, perang
bukan urusanku
Sebaiknya kubersihkan
tempat tidur dari debu
Mimpiku sudah
menjemput
Mungkin esok pagi
aku malah bersambut maut
Komentar
Posting Komentar