TAK PERLU DIBERI JUDUL

 terbentur, terbentur, terbentur, sah!

sah semuanya! sah-kan saja semuanya!

meski kerap kali undang-undang membentur hajat orang banyak, tetap saja sah!

entah di hari minggu, entah di tengah malam, di mana saja yang penting tak ada yang lihat.

maaf sayang, aku tidak bisa lagi mencintaimu dengan sederhana

sebab kesederhanaanku pun dirampas 

jangankan untuk menumbuhkan cinta, menumbuhkan bunga pun yang ada layu

persis bisnis akhir-akhir ini

ahh, aku hanya bisa berhutang dengan jaminan nyawa

terheran-heran! tidak ada yang bisa kulakukan ketika bisnis bangkrut 

tidak seperti si tukang martabak 

yang bisa banting setir jadi wakil jenderal tanpa mengenal perlu darah

kini bukan cuma aku binatang jalang yang terbuang, tapi semua ikut terbuang

dari tanah yang diinjaknya sejak lahir

dari tanah yang ditanami singkong

yang menumbuh suburkan ketamakan

membangun lumbung pangan untuk perut para cukong!

sedang para abdi tersingkir tersungkur tergusur dari pertiwi

kulihat ibu pertiwi bukan cuma bersusah hati 

tapi sudah susah berdiri

sementara air susunya dihisap anak tetangga

sedang anaknya sendiri hanya bisa meminum air bekas mencuci kakinya

cinta dan rasa sakitnya jadi satu

seperti satu kesatuan koalisi tolol

mereka lepas tangan, melepaskan diri dari beban peradaban

ya Tuhan, aku lupa nomor telepon-Mu

sebab aku terlalu lama memuja satu manusia yang dipoles citra

kami kira dia nabi tapi ternyata hampir seperti babi

patung-patungnya di mana-mana, dibakari dupa dan disembah pemuja bansos

ya Tuhan, maafkan hamba.

Komentar

Postingan Populer