BUTA HURUF

 Masihkah kau buta huruf pada kata rindu?

masihkah kau membaca itu sebagai cobaan Ataukah kau membaca itu sebagai kesepian?

Bahasa mana yang paling ingin kau dengar?

Saat rindu paling liar menghujam seluruh kacau; Saat rapuh mengikat seluruh kakimu yang Rantau

 

Masihkah kau buta huruf terhadap aku? Atau aku yang buta huruf terhadap kau?

Atau kita sama-sama buta huruf pada satu sama lain?

 

Di atas kepalaku, mendung paling hitam tengah membaca mantra pengusir bahagia

Sepi-sepi ia tabur memenuhi tubuhku yang kecil

Ia juga mengukir gemuruh di dadaku yang kering kemarau

Mawar-mawar hanya menumbuhkan duri tanpa kelopak puisi

Yang membuat jemariku berdarah-darah karena tertusuk racun cemas

Berjam-jam; berhari-hari; berbulan-bulan bahkan sampai waktu tidak dapat mengukur

Tapi, sayang

Aku masih keras kepala jika itu perihal menghadapi badai yang sering datang

Kau pernah bertanya apa yang akan kita hadapi?

Apapun itu aku ingin menghadapinya, sebagaimana aku selama ini berdiri

Sebagaimana aku selama ini berjalan, sebagaimana selama ini aku merangkak

Sebagaimana selama ini aku tergopoh-gopoh; atau terseok-seok

 

Sayang, jika kau senang melihat rembulan apakah kau akan marah hujan yang menutupinya hanya untuk satu malam?

Jika kau senang menunjuk awan putih pagi hari apakah kau akan memarahi mendung yang tak sengaja berjalan?

 

Aku tidak pernah menuntut mawar untuk selalu mekar, sayang. Jika hanya menumbuhkan duri akan ku basuh ia dengan darahku sendiri jika aku ingin melihat warna merahnya. Meski aku masih buta huruf terhadap mawar, aku ingin tetap melihatnya tumbuh.

Komentar

Postingan Populer