TAKDIR
ada banyak hal dalam hidup yang tidak bisa kita cegah. beberapa hal yang ketentuannya harus terjadi!
sekalipun itu sesuatu yang tidak kita sukai, atau bahkan sangat kita benci.
tapi jika itu adalah takdir, sebesar apapun usaha kita untuk menghindarinya, yang kita lakukan justru malah berlari ke arah-nya.
Umar bin Khattab berkata "apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang menjadi takdirku tidak akan pernah melewatkanku." kita bisa menangkap jelas bahwa apa saja yang bukan menjadi takdir kita, tidak akan pernah melewati kita. apa saja yang bukan takdir kita? tentu banyak, kita sering melihat orang lain; melihat pencapaian atau keberhasilan orang lain. terkadang sering kali terbesit dalam hati keinginan untuk bisa menjadi atau merasakan apa yang mereka capai. padahal bisa saja capaian orang lain itu bukanlah takdir kita, sehingga kita tidak akan pernah merasakannya. nasehat beliau bisa juga disandarkan sebagai obat penenang, andai saja kita sudah berusaha untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan namun selalu gagal. yah, kita bisa menghibur diri dan menganggap "bahwa itu mungkin bukan takdir kita." dan kita berhenti atas apa yang ditimpakan pada kita.
Nietzsche mengatakan dalam frasa latin "fatum brutum amorfati." katanya, sepahit apapun atau segarang apapun takdir yang datang pada kita, harus kita cintai dan kita terima sebagai ketetapan bagi kita. hal ini, tentu senada dengan perkataan Umar dan sekaligus nasehat bagi kita untuk lebih menerima takdir. menerima takdir artinya menerima nasib, menerima nasib artinya menerima hidup, menerima hidup dengan mencintai hidup itu sendiri. mencintai hidup itulah cara kita mencari makna dalam kehidupan, begitulah cara seseorang bisa menemukan jati dirinya sendiri. jadi, kita tidak akan pernah menemukan jati diri kita jika kita tidak bisa mencintai hidup kita sendiri. kurang lebih seperti itu.
lantas takdir itu apa dan bagaimana? takdir merupakan suatu konsep kekuasaan Tuhan, artinya segala pengetahuan atas takdir hanya bersandar pada tuhan (segala peristiwa) yang mana pengetahuan ini tidak dikehendaki bagi manusia. artinya tidak ada manusia yang dapat mengetahui takdirnya sendiri. lantas bagaimana cara kita bisa menerima jika kita tidak tahu bentuk takdir atau takdir itu sendiri? takdir merupakan hasil akhir yang fleksibel dan memiliki prosesnya fleksibel pula. mengapa begitu? dalam kepercayaan agama Islam dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa "Tuhan tidak akan mengubah suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang mengubahnya."
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Ar Ra'd 13:11)
jika kita sebagai manusia tidak dikehendaki pengetahuan tentang takdir, maka kita tidak bisa mengetahui takdir itu seperti apa, namun jika mengutip ayat di atas, sebagai manusia kita dianjurkan untuk berusaha merubah keadaan kita sendiri, jika kita berhasil maka ingat bahwa itu adalah hasil ketetapan Tuhan, agar kita sebagai manusia tidak berbangga diri dan dipenuhi kesombongan, apabila gagal, agar manusia tidak menyalahkan dirinya sendiri sehingga bersedih dan bermuram durja, menyalahkan diri sendiri sehingga merasa rendah diri maka itulah gunanya takdir. jika berhasil tidak menjadikan kita sombong, jika gagal tidak menjadikan kita bersedih.
jika ada orang tua kaya raya memiliki seorang anak, dan sang anak bercita-cita menjadi guru misalnya, siapa yang harus melalui proses menjadi seorang guru? tentu saja sang anak yang harus melalui proses menjadi seorang guru, sekalipun orang tuanya kaya (sekalipun Tuhan Maha kaya) jika sang anak hanya menghabiskan waktu berfoya-foya tidak melalui proses untuk menjadi seorang guru maka sampai mati pun dia tidak akan bertemu dengan cita-citanya. mungkin sang anak hanya menikmati hidup bukan memaknai hidup.
bagaimana perihal jodoh? jika kita tidak ditakdirkan dengan seseorang yang sedang bersama kita, apakah usaha kita akan sia-sia?
pertanyaan ini akan mengembalikan pada pertanyaan sebelumnya, bagaimana kita mengetahui itu takdir kita atau bukan? justru karena kita tidak mengetahui, maka buatlah ia menjadi takdirmu.
Komentar
Posting Komentar