PURNA

 malam-malam Desember


sepi teruntai di pergelangan kaki

menahan laju langkah menuju ramai

ia membawaku ke dunia mimpi

menyajikan hening dan damai


tapi hatiku merindukan seseorang

merindukan cinta, kasih dan perang

hatiku merindukan melukis dan menulis

merindukan mengeja di waktu paling kritis


setiap kali purnama

satu puisiku lahir ke dunia

ia mulai belajar berjalan

melangkah perlahan meninggalkan harapan


pernah sesekali ia mencoba berlari

sangat kencang mengejar mimpi

tapi kenyataan membuatnya berhenti

menyadarkan diri yang tak layak lagi


puisiku,

akankah masih kau baca?

saat aku tak bosan melihat wajahmu yang menempel di bulan purnama

yang ku tatap saat sepi menitip ragu



Komentar

Postingan Populer