SANG PUISI
segelas anggur penuh dendam, dengan suka cita kau tabur di atas kubur
ruh ku kala itu tengah bersemayam, menyulam puisi yang berdebur
melongok mencari sosok penuang anggur, di malam purnama ke-seratus
ku dapati dirimu yang terlelap mendengkur, menempelkan wajah di atas tanah tandus
angin yang sedikit dengki, membelai rambutmu yang ikal temaram
ku tulis sebait sajak di telapak kaki kiri, perlahan, agar tak membangunkan tidurmu yang muram
aku menulis begini, "anggur yang kau tuang membuat puisiku mabuk"
tiba-tiba kau bangkit berdiri, menatapku dengan mata mengantuk
"kau ruh, atau puisi?", begitu tanya yang kau ajukan
aku membungkuk mengenalkan diri, "aku adalah puisi yang kau ciptakan, Puan"
"aku terlahir dari kata-kata yang kau siram dengan bunga dan juga alkohol"
"aku adalah sosok yang menyimpan keindahan yang membuat banyak orang mabuk"
"aku juga berisi luka puluhan tahun yang dijaga oleh para pustaka"
"dijadikannya sajak-sajak, dijadikannya petuah-petuah"
"agar tak sembarang menaruh barang, barang yang berupa hati"
"hati yang mudah luka, luka yang sulit sembuh"
"sembuh yang butuh waktu lama, waktu lama yang butuh puluhan purnama"
"purnama yang butuh ratusan milyar tahun cahaya"
"karena cahaya itu, hanya ada di matamu"
"di matamu, cahaya itu, adalah aku"
"aku, sang puisi"
"Dari makam bernama, LUKA"
Komentar
Posting Komentar