RINDU DI AWANG-AWANG
Luna seolah menebar senyum penyelimut malam
menyelimuti resah karena menunggu
menyelimuti sesal karena melepas
gemintang berbaris membentuk rasi patah hati
untuk menghibur seorang pujangga yang puisinya berhenti semenjak senja tadi
semenjak ia menumpahkan tintanya di atas dedaunan kering, semenjak ujung penanya yang tumpul menancap di atas awan
ia yang tak lagi bisa menulis
berupaya melukis
kehampaan
lewat mata, lewat kata, lewat tubuh
berjalan di atas sepi
Komentar
Posting Komentar