MALAM

nafas malam tersenggal-senggal meminta maaf

pada hujan yang gelagatnya marah sejak sore

abu rokok menggigil di ranjang asbak

tertimbun 7 puntung puisi yang belum selesai


di tengah malam kala itu

angin menepis sepi yang memunggungi

sebatang lagi puisi dibakar

menghembuskan asap-asap resah 


di bawah kasur yang gelap seperti nasib

air mata kesedihan menggenang

menjadi sarang anak-anak nyamuk berenang

malam demi malam mereka menghisap puisi


yang mengalir di nadi-nadi

yang memutar di kepala

dan yang kerap menyeruak di ulu hati

tapi nyamuk-nyamuk nakal lebih suka menghisap puisi yang ada di telapak kaki

puisi yang sering ku bawa berlangkah-langkah; berjarak-jarak

entah dari rindu atau entah dari ragu


setelah puntung puisi ke 8 ku lentangkan

aku menari di atas ranjang malam

mendengarkan lagu-lagu sedih 

dan memintal mata air yang berasal dari air mata


karena nona sudah lama tidak membuat kopi

karena nona sudah lama tidak memberi kecupan pagi

Komentar

Postingan Populer