Lof I - I
"aku tidak bisa menyerahkan diriku pada cinta, lagi!"
katamu saat itu.
saat senja membenamkan cahayanya sedikit demi sedikit, mengaburkan senyummu yang perlahan hilang terbawa suara adzan.
kita diam sejenak, memberi waktu pada sunyi, memberi jeda pada hati.
lalu kau membakar sebatang rokok, dengan percaya diri kau melanjutkan ocehanmu
"cinta, hanya akan membuat kita menjadi bodoh. aku sudah cukup menjadi orang bodoh"
sembari menyunggingkan senyum, kau hisap lagi rokok yang kau selipkan antara jari tengah dan jari manis.
aku memperhatikan mimik wajahmu; memperhatikan bagaimana matamu menyembunyikan raut kekecewaan; memperhatikan bagaimana bibir mengatur kata-kata dan memperhatikan hembusan nafasmu yang penuh ragu.
"topeng!" ku bilang.
dengan timing yang cepat kau menoleh padaku menunjukkan raut kejut.
kau diam, aku juga diam.
aku membakar sebatang rokok untuk menutupi gugup, berharap kepulan asap membawanya pergi menjauh agar aku menang dalam perdebatan tentang rasa.
tapi kau malah mematikan rokokmu dan berkata
"kita semua penuh topeng. dan kita semua memiliki alasan untuk memakai topeng!"
kau berlalu dengan kesalnya dan berteriak dari jauh
"jangan ungkapkan perasaanmu padaku, lagi! jangan pernah!"
aku hanya bisa diam dan mengaku kalah.
aku menghisap sebatang rokok namun yang semakin terbakar adalah bara hati; yang ku hembuskan bukan lagi asap, melainkan hembusan nafas yang berbau kekalahan.
aku bertanya
mengapa kita bisa sepakat menjalani resah, namun tidak pernah sepakat menjalin kisah?
Komentar
Posting Komentar